Photobucket - Video and Image Hosting
Monday, August 31, 2009

Waktu seperti bergeser tanpa saya diajak. Seperti halnya beberapa detil dalam blog saya ini. Belum ada waktu untuk mengganti umur sendiri dalam status yang tertera di ujung atas sebelah kanan. Jadi malu, karena rupanya saya sudah tak semuda itu lagi. Uzur sudah.


dhank Ari at 6:20 AM





beberapa cuatan dari status harian...

Rangkai kata dalam benak semata. Satukan gundah lantas membakarnya sampai habis. Kau tak
perlu tahu siapa dewa penyelamatmu.

Mengunyah selaput. Terperangkap dalam labirin penuh selaput tak menyisakan pilihan.
Runtuhlah kemudian rangkaian bunga kebebasan yg hanya akan mekar saat tak ada kekang, dalam arti sebenar. Mulut semakin dalam mengunyah selaput. Seperti masih ingin meneruskan rantai mimpi.

Layar pemasang tampilan urat rasa itu sesekali gelap kekurangan daya, kehilangan tenaga
pemancar, membuat beberapa jalan menuju sebuah jawaban kembali kabur dan nyaris tanpa warna.

Rengkuh kemudian jutaan lentera usang, peneman masa kelam kejujuran, ...pendamping
keterpurukan. Titik cahaya pasti ada, menunggu rangkulan terbaik yg bebas dari kepalsuan.

Tersembunyi sudah sayatan yg kerap membuat perih. Mereka bisa kembali menajamkan sembilu untuk membalas luka. Mengejar roda kebenaran dengan tautan luka, hanya akan membuat tergerus harapan itu, semakin dalam dan memperbesar luka.

Mungkin tak bisa bunga bertemu dengan mulut singa. Hanya membuang drama dan air mata saja.

Tanpa sebuah arus rasa yang nyata. Lebih baik lebah saja yg datang, baik pada bunga maupun pada mulut singa.

Kembalikan nafas itu utuh pada mereka yg telah menyambung nyawamu. Tempatkan mereka di
puncak rasa bersyukur terbaikmu. Semoga kendaraan menuju surga masih mau menunggumu.

Ketika mata menuliskan terus namamu di ujung pandangku, maka kugambarkan sebuah sketsa
setapak menujumu dan menempelkannya pada angin yg akan menerbangkanku cepat, sebelum waktu mengalahkan tanda rasa yg mungkin saja terbaik seumur hidupku.

Sekelebat gelap, namun seduniaku menghilang seketika entah untuk berapa lama. Lukapun tak
bisa kutahu pasti, hingga mungkin sulit kucari penawar. Hanya keras batu yg kuharap melunak
dan memberiku alasan untuk kembali.

Selamat pagi, nafas mungilku. Kutahu tersengal kau memulai hari beberapa masa ini. Tapi
berharaplah pada angin. Sebagai lelaki peneman angin, mungkin disana pulalah kau menemukan
banyak rona cerah. Harus kembali pada lebar tawa, tanpa berlembar2 topeng skenario yg tentu
saja menjadikannya imitasi.

Coba menenteng kesedihan sambil terus melangkahi jalan berbatu rupanya neraka. Rindulah
lantas pada asmara, yg tak berbalut prahara. Rindu yg hanya sekejap membuai karena kemudian godam itu datang kembali, nyatakan bahwa prahara memang menemani asmara kemanapun, hingga memikul kesedihan karena asmara bisa selayak memikul gunung. Sendirian.

Seperti ingin menitip pesan pada mati. Mawar terharum telah layu. Yang tersisa hanya sigaret
demi sigaret. Luka demi luka.

Dan lembut pun lupa pada dirinya, mendadak kasar, serentak marah. Dan nafas pun membiru,
memutuskan berhenti berusaha.

munculkan jejak yang pernah hilang dengan sebuah hujatan. Marahku pada jujurmu yang palsu,
pada tawamu yang kering, pada marahmu yang membelenggu. Rumah rasa itu kemudian menguap dan terbawa awan hingga jauh dan tak terlihat lagi. Biarlah tetap di sana, tanpa perlu turun lagi sebagai hujan.

untuk setia bersama sepucuk mulut harimau atau sekujur ekor tupai, remah-remah itu harus berkumpul demikian rupa dan meniupkan hawa kekuatan terbesar. Ia terhembus untuk setia, meski beberapa kali membenturkan kepala hingga darah membeku menjadi raha...sia, hingga hati terbuka tanpa penjaga, hingga kata-kata terlalu malu untuk berbagi. Kesetiaan adalah pilihan. Sama dengan kematian. Kau bisa mati kapan saja.


dhank Ari at 5:55 AM



Tuesday, August 25, 2009

Ricuh. Hentakkan saja mawar itu hingga mendekam sebagai ilalang. Buaskan saja tutur lembut parasmu yang kau bilang terluka. Buatlah aku semakin lupa pada kejujuran. Atau keterbukaan.



dhank Ari at 4:07 AM





Seperti daun yang kehilangan kepercayaan dirinya, menghadapi celotehan kelopak bunga yang terus melantang dengan jumawa. Seperti sunyi yang mulai terbuka semakin lebar.


dhank Ari at 4:07 AM





Hapus satu garis tentang sebuah arti sembunyi tak akan menyakitkanku. Seluruh jagat kau sembunyikan, aku tak peduli. Karena Tuhan kerap membisikku. Mungkin lewat rasa. Mungkin lewat mata. Hanya saja, aku tahu.


dhank Ari at 4:07 AM





Mereka kembali dgn sebelah mata. Hiruk dan kilau rupanya membutakan sebelah mata mereka.


dhank Ari at 4:07 AM





Mesiu yg marah, rendahkanlah ledakmu. Darah sudah lelah mengalir di bumi yg nafasnya semakin tersengal. Menyamarlah kau sebagai bunga. Nikmati sebentar sebagai pembubuh wangi dan keindahan. Siapa tahu kau tergiur lantas mengajukan surat permintaan operasi rekayasa genetik.


dhank Ari at 4:06 AM





Habis. Seperti mimpi yg menguap ketika hembusan nafas kekasih menapakkan lg titik-titik nyata. Setapak itu habis. Menyisakan sebuah ujung sunyi yg tak berpenghuni. Kenapa kau patahkan dahan2 dan menempatkannya teratur di sepanjang setapak untuk sebuah sunyi?


dhank Ari at 4:04 AM





Singgah sebentar di resah keparat yg sesekali menampar di saat nafas tersengal dan jiwa kehabisan waktu untuk ditemani. Singgah itu rupanya masih saja kelabu, atau selalu kelabu, memancing roket dalam darahku untuk melesat cepat mencari kamu. Kamu me...mang cahaya, tempat dimana aku selalu bisa kembali. Apalagi, Tuhan banyak menitip pesan padaku melaluimu.


dhank Ari at 4:04 AM





Keliru menadah gundah, hentakkan dulu keras hingga luka tak lagi berbunyi sbg luka. Salah menitipkan kejujuran pada ujaran, lantangkan emosi yg tak mau tampak terlalu terbuka.


dhank Ari at 4:03 AM



Friday, August 14, 2009

Namanya Bu Item. Sudah lebih dari 20 tahun, dia jualan teh botol dan semacamnya di Polda Metro Jaya Jakarta. Tepatnya di depan Samsat Polda. Mungkin tak banyak yang menduga jika ibu bersahaja ini bisa menyekolahkan anaknya di universitas yang cukup bagus di Solo dan Surabaya. Ia juga bisa mencukupi kebutuhan keluarganya hingga punya dua rumah dan tiga buah mobil.

Apa dia mendapatkan seluruh rezekinya 'hanya' dari berjualan teh botol, kopi dan makanan-makanan kecil itu? Saya tidak tahu pasti. Hanya saja, saya sedikit heran sekaligus salut bahwa ia masih tetap berjualan teh botol di Samsat Polda meski mungkin ia memiliki keleluasaan untuk memilih cara mencari rezeki yang lain. Entah apa alasan yang sebenarnya. Ia hanya mengatakan pada saya bahwa ia memang senang berpanas-panasan sambil berjualan teh botol seperti itu. Apalagi jika mengingat bahwa ia pun mendapatkan jodohnya, seorang dosen, dengan cara seperti itu.


dhank Ari at 10:07 PM





Pernahkah kita berjalan seperti sedang dipapah tongkat? Melangkah bukan sekedar sulit. Melangkah seperti sebuah wujud lupa yang baru.

Kalau boleh saya katakan, maka ada saat-saat dimana saya pernah seperti itu. Terutama dengan remah-remah jiwa yang tak beraturan, yang selalu saja ingin menjadi yang terutama. Penjaga jiwa saya terkadang lelah, terkadang melepas saja semua remah-remah itu untuk berkelahi mati-matian sampai akhirnya sama-sama bisa dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Imbasnya adalah bahwa saya kemudian lupa pada banyak hal, termasuk keinginan-keinginan. Beberapa keinginan bahkan lepas karena lemahnya saya mengatasi perdebatan-perdebatan itu.

Salah satu hal yang lantas bisa mengangkat kembali semangat penjaga jiwa itu adalah kucuran rohani. Menyatakan bahwa kita bukanlah pemilik sejati dunia. Bahwa kita hanyalah pion-pion dalam salah satu papan catur alam bernama dunia. Pion yang bisa saja mati konyol setiap saat, tapi juga pion yang bisa menurunkan raja dari tahtanya.

Kucuran rohani itu adalah mengingat adanya Tuhan. Tuhan yang sebenarnya selalu ada di jarak yang sangat dekat dengan saya. Bukan di atas atau di belahan dunia manapun, melainkan ada di dalam diri saya sendiri.


dhank Ari at 9:50 PM



Saturday, August 08, 2009

Inilah mungkin saat yang menyedihkan itu. Saat dimana saya benar-benar seperti orang tolol. Tak tahu mau berbuat apa dan tak tahu kenapa terus berbuat nista, berbuat hal-hal yang tak ada gunanya selain hanya mengumbar nafsu belaka. Saya seakan lupa pada seluruh maksud baik dari arti kelahiran.

Inilah mungkin saat saya harus segera bertobat. Kalau tidak, saya mungkin akan kehilangan hal yang saya cintai.


dhank Ari at 9:57 AM



Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

____penyuka :
jazz
puisi
sastra

____jejak setapakku :
+dalam gambar
+dalam puisi
+dalam menjelajah
+dalam jalin teman

____teman :
+Ade Pepe
+abe
+alaya
+bagus
+brewok
+budi
+buyung
+dewi kekasihku
+d juice
+desan
+didit
+dita
+djim
+dreamer
+e
+fira
+gendhot
+iebud
+ienk
+indie
+irma
+kang masanom
+luigi
+mona
+nita
+ochan
+poppi
+penyair kelana
+rieka +steyla
+smara
+yuhyi
+yunus

uncle 2B

by wdcreezz.com

Name

Email/URL

Message

____tulisan terdahulu:

code
here


Designer
LX