Photobucket - Video and Image Hosting
Thursday, November 30, 2006

Photobucket - Video and Image Hosting

Budaya Betawi
Ingin belajar, selalu tertunda

Kurang lebih 9 bulan yang lalu, saya katakan pada Pak Haji Sait, “Pak Haji, nanti saya juga pengen belajar niup ah!”. Spontan, ucapan itu, tanpa melewati banyak pertimbangan. Keluar saja dari mulut saya. Mungkin karena antusias. Atau sudah curahan hati.

Mata saya juga berbinar. Saat itu, memang terbayang lagi keinginan yang dulu, yaitu mempelajari budaya betawi. Saya memang bukan anak betawi, seperti Doel si anak sekolahan. Saya tertarik pun entah kenapa. Seperti biasa, dunia memang misterius. Sama misteriusnya dengan dua tempat yang selalu terngiang di telinga saya semenjak kecil – Semarang dan Lombok. Ternyata, pertama kali saya naik pesawat terbang, ya ke Semarang itulah. Ternyata pula, saya menemukan jodoh saya di Lombok. Sungguh aneh, tapi tak apa, karena itulah sisi menariknya.

Jadi, keinginan saya untuk belajar budaya betawi juga misterius. Mungkin sama misteriusnya dengan keinginan saya untuk dipanggil Babe, jika suatu saat nanti punya kesempatan untuk mempunyai anak.

Spontan! Benar-benar spontan. Bukannya basa basi agar syuting di sana lancar.

Pak Haji Sait menanggapi ucapan saya dengan tersenyum tanpa suara. Dia lantas meluaskan pandangannya pada Wita, Doddy dan Taufan. Lantas, dia pergi, meninggalkan kami yang duduk di teras rumahnya di Ragunan, Jakarta. Pak Haji Sait sepertinya resah menantikan kedatangan teman-teman satu kelompoknya dalam Tanjidor Tiga Saudara. Ini memang salah saya, karena pagi harinya saya tidak konfirmasi ulang mengenai kedatangan saya dan teman-teman. Jadinya, Pak Haji Sait dan teman-temannya merasa tidak mendapatkan kepastian.

Saya lantas mengurungkan niat untuk berbincang banyak lagi tentang keinginan saya. Ingin kadang masih kalah sama realita. Dan untuk belajar niup terus jadi anggota kelompok tanjidor, biarlah realita yang datang terlebih dahulu. Realita dengan skenario seperti ini : Saya datang membawa klarinet, lantas mengucapkan kalimat yang persis seperti yang saya ucapkan sebelumnya. Semoga saja, saya berkesempatan memiliki hari itu. Semoga pula, di hari itu, Pak Haji Sait dan teman-temannya masih bermain tanjidor – atau masih hidup (mengingat usia mereka yang kian uzur).

Pak Haji Sait mungkin sudah bosan dengan basa basi atau janji-janji. Saya mengerti. Terima kasih, Pak Haji. (sebenarnya lucu memanggil dia dengan Pak Haji, karena Pak Sait belum pernah naik haji – sebutan itu sebatas julukan saja baginya,sebagai yang dituakan).


dhank Ari at 2:48 AM



Monday, November 13, 2006

Pertanyaan Bodoh
Semestinya Tak Perlu Terlontar

Sepertinya, saya salah melontarkan pertanyaan pada Bapak.

Saya tanya seperti ini,
____Pap, waktu jatuh dari tangga itu yang tahun 96, kan?____

Bapak diam, tak menjawab.
Saya kemudian melanjutkan. Belum tau jika itu adalah pertanyaan yang tak perlu terlontar.
____Atau, kapan ya? Eh, bukan deng... Yang tahun 96 itu kan Papap jatoh dari kamar mandi, ya?___

Bapak masih diam. Tapi kali ini, mukanya sudah menandakan bahwa Bapak akan segera memberikan jawaban. Sungguh tak terduga jawaban Bapak.
____Bapak lupa. Tapi, mungkin itu salah satu pertolongan dari Allah.____
Dengan terbata-bata, Bapak merangkaikan kata-kata itu.

Orang yang belum mengenal kondisi sakit Bapak kemungkinan besar tak akan langsung mengerti maksud omongan Bapak tadi. Entah bertanya lagi untuk menjawab kebingungan itu atau memilih untuk mengasumsikan sendiri meski tetap menyisakan kebingungan.

Saya langsung terhenyak, mendengar jawaban Bapak. Seperti tertampar. Seperti menjadi kecil; menjadi tertuduh meski tanpa hakim dan pengadilan.

Saat Bapak bilang,___salah satu pertolongan dari Allah___, saya tahu maksud Bapak. Semoga saja itu benar dan bukan takabur saya belaka.

Lupa akan peristiwa pahit, masalah keluarga dan seluruh kenangan-kenangan buruk dan traumatis adalah sebuah pertolongan dari Allah--menurut Bapak dan juga saya. Karena kalau tidak, penyakit Bapak (sindrom Parkinson) akan semakin menggerogoti Bapak dan membawa Bapak pada kondisi yang terus menurun. Salah satu faktor terbesar penyebab parahnya sindrom Parkinson adalah bergulatnya pikiran pada hal-hal buruk dan negatif seputar si penderita. Saat si penderita dapat terbebas dari pikiran-pikiran buruk dan negatif, serta lebih optimis dalam menatap hidup ke depan, maka si penyakit akan mampu dilawan dengan kekuatan mental yang baik. Sungguh kurang ajarnya saya, meminta Bapak mengingat kembali peristiwa menyedihkan itu; pertanyaan yang mungkin akan membuat traumatis Bapak muncul kembali; membuat Bapak mungkin akan mempunyai pikiran buruk dan negatif lagi, hingga hilang optimismenya untuk sembuh.

Bodoh sekali saya dengan pertanyaan itu. Betapapun saya berusaha untuk mengalihkan obrolan pada hal-hal lain, saya takut Bapak akan kembali memikirkan peristiwa menyakitkan itu-peristiwa yang menjadi pemicu paling besar dari ganasnya sindrom Parkinson, yang membuat Bapak kehilangan sebagian besar kontrol dirinya pada tubuh dan pikirannya sendiri sampai sekarang.

Maafkan saya, Pap!


dhank Ari at 6:06 AM



Friday, November 10, 2006

Photobucket - Video and Image Hosting
Lebaran
Di Negeri Orang

Lebaran di Belanda banyak mencuatkan hal baru yang belum pernah saya duga. Senang. Dingin. Sedih. Garing. Multi Kultur.

Senang, karena melewatkan Lebaran pertama setelah jadi suami dengan istri tercinta, Dewi. Tak indah rasanya jika harus melewatkan Lebaran tanpa disertai Dewi.
Photobucket - Video and Image Hosting
Dingin, karena suhu udara di Amsterdam sungguh dingin. Tak lebih dari 10 derajat, bahkan terkadang sangat mendekati 0 derajat. Saat saya di sana, sepertinya memang belum pernah menyentuh di bawah 0 derajat. Tapi saya tak tahu, mungkin saja sudah karena saya tidak memantaunya secara berkelanjutan.

Photobucket - Video and Image Hosting

Sedih, karena ternyata teringat betul dengan keluarga. Dengan Papap, Mamah dan juga Neng Lia. Entah apa yang mereka lakukan di Bandung atau di Purwakarta dan Jakarta, jika memang mereka pergi ke sana. Lantas terbayang penyambutan Lebaran dengan sejuta kesedihan dan keprihatinan. Tapi saya yakin, meski tak bergelimang materi dan pundi-pundi, penyambutan Lebaran akan berlangsung seperti biasa, meriah dalam hati kami masing-masing. Saling memaafkan dan saling memiliki keinginan untuk memulai lagi sesuatu yang baru dan berharap membawa pada kebaikan.

Garing, karena tidak ada ketupat Lebaran. Sesaat setelah shalat ied, hanya ada beberapa potong kue, roti dan korma-korma. Untung ada pisang goreng, yang sedikit menuntaskan kerinduan pada Indonesia. Lebaran tanpa ketupat dengan opor ayam, kacang, dodol atau juga semur daging terasa tidak seperti Lebaran. Garing. Acara makan-makan itu ternyata memang ada, di Den Haag, di Kedutaan Indonesia. Tapi saya memilih untuk menghabiskan waktu bersama Dewi, jalan-jalan di Den Haag.

Photobucket - Video and Image Hosting
Multi Kultur, karena meski shalat ied ini diadakan oleh komunitas muslim Indonesia, ada juga jemaat yang bukan orang Indonesia. Ini membuat ramai dan pengalaman baru, bersilaturahmi di hari raya yang suci dengan muslim-muslim lain negara dan kultur.

Photobucket - Video and Image Hosting


dhank Ari at 6:43 AM





Photobucket - Video and Image Hosting
Makan Siang
Dalam Hutan di Hilversum

Salah satu hal yang akhirnya kami lakukan di negeri orang adalah makan siang bersama di dalam hutan belantara. Tidak terlalu belantara, memang, melainkan hanya sebuah hutan kecil di belakang RNTC (Radio Netherland Training Center), tempat dimana istri saya belajar.

Asyik sekali. Selain karena hal seperti ini belum pernah sempat kami lakukan di Indonesia, juga karena gak ada nyamuk yang gangguin makan siang kita. Meski hanya bermodalkan makan siang yang disediakan RNTC (telor, nasi, salad sama pancake keju), tapi makan siangnya terasa di cafe outdoor. Apalagi, makan bareng Dewi dimanapun selalu enak...

Lokasi semak-semak ini benar-benar di belakang RNTC persis. Gak jauh dan kita cukup naek sepeda muter-muter, nyari tempat yang cocok dan enak, atau kalau kata Dewi, kita musti cari sebatang pohon yang udah tumbang buat duduk. Akhirnya, dapetlah tempat itu dan perut yang laper mulai makin gak sabar. Gak lupa, tentu ada foto-foto, gak mau kelewatan.


dhank Ari at 6:28 AM



Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

____penyuka :
jazz
puisi
sastra

____jejak setapakku :
+dalam gambar
+dalam puisi
+dalam menjelajah
+dalam jalin teman

____teman :
+Ade Pepe
+abe
+alaya
+bagus
+brewok
+budi
+buyung
+dewi kekasihku
+d juice
+desan
+didit
+dita
+djim
+dreamer
+e
+fira
+gendhot
+iebud
+ienk
+indie
+irma
+kang masanom
+luigi
+mona
+nita
+ochan
+poppi
+penyair kelana
+rieka +steyla
+smara
+yuhyi
+yunus

uncle 2B

by wdcreezz.com

Name

Email/URL

Message

____tulisan terdahulu:

code
here


Designer
LX