Photobucket - Video and Image Hosting
Monday, August 09, 2010

Wijaya, Jakarta Selatan, 13 April 2010

Siang itu, seperti biasa saya memasang mata jauh ke depan di balik kemudi. Tepatnya, di jalan Wijaya, Jakarta Selatan.

Lampu merah persimpangan membuat kaki saya perlahan menginjak rem dan mobil pun berhenti. Di depan saya, sebuah truk sampah yang sudah penuh lebih dahulu berhenti. Dua orang lelaki duduk kelelahan di atas tumpukan sampah yang menggunung, hasil pengumpulan dari bagian kecil Jakarta.

Tak lama, saya lihat mereka berbincang. Masih dengan rona lelah yang ingin segera mereka usir dengan seteguk air putih dingin dan sebungkus nasi rames sederhana.

Lelaki yang duduk di ujung kiri truk lantas mengambil sesuatu dari tumpukan sampah di sebelah kirinya, yang tak terlihat dari sudut pandang saya, dan menyerahkannya pada lelaki kedua yang duduk di ujung kanan truk.

Ternyata, benda itu adalah sebuah sepatu. Dari kejauhan, saya melihatnya seperti sepatu converse atau sepatu warrior yang pernah saya kenakan dulu sebagai sepatu wajib ketika sekolah.

Setengah ragu, lelaki kedua itu akhirnya mengambil sepatu yang sudah diacungkan di depan mukanya. Ia mengamati sepatu itu sambil sesekali berbicara pada lelaki pertama. Saya tak kuasa mengira-ngira isi ucapannya, hanya mengamati saja sambil menunggu lampu merah yang biasanya memang bertahan lama.

Lelaki kedua terus berbicara sambil membolak-balik sepatu itu. Perlahan, ia kemudian membuka sandal jepitnya dan mencoba untuk memasangkan sepatu itu di kakinya.

Terlihat wajah kegembiraan di wajahnya.

Sepatu itu rupanya muat di kakinya. Lelaki itu tertawa girang. Mimiknya menyerupai akting Brendan Fraser saat menemukan harta karun peninggalan Mesir Kuno di film Mummy.

Tapi, lelaki kedua tak berhenti di situ. Dengan penuh antusias, ia lantas mencari sepatu pasangannya.
Mungkin, akan lebih baik kalau ada pasangannya. Ia bisa memakainya untuk menemui sang kekasih dan mengajaknya jalan-jalan. Atau pergi mengunjungi orang tua di kampung. Atau untuk sekedar cuci mata di pusat pertokoan pinggiran.

Setelah mengaduk beberapa lama, sepatu pasangannya itu pun ia temukan. Ia bertambah girang dan bergegas memasangkannya pada kakinya yang otomatis terbuka dari sandal jepitnya.

Cocok!

Dan belanja siang hari itu pun usai sudah. Lelaki kedua kini punya sepatu baru, tanpa perlu malu menunggu diskon di sebuah mal mewah berpendingin yang seringkali dipenuhi orang-orang yang lebih berduit dan ingin belanja namun tetap mengejar aneka diskon produk.

Saya, mendadak lupa pada mewahnya departemen store atau mal yang biasa saya kunjungi untuk belanja, hampir apa saja, mulai dari korek kuping sampai komputer. Saya mendadak lupa bagaimana rasanya bergembira selesai belanja sesuatu yang saya suka betul. Saya mendadak ingin berterima kasih pada orang yang membuang sepatunya itu, karena saya sendiri mungkin tak sebaik dia.

Buktinya, saya masih menyimpan beberapa sepatu usang yang sudah lama tak saya pakai.


dhank Ari at 6:57 AM



Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

____penyuka :
jazz
puisi
sastra

____jejak setapakku :
+dalam gambar
+dalam puisi
+dalam menjelajah
+dalam jalin teman

____teman :
+Ade Pepe
+abe
+alaya
+bagus
+brewok
+budi
+buyung
+dewi kekasihku
+d juice
+desan
+didit
+dita
+djim
+dreamer
+e
+fira
+gendhot
+iebud
+ienk
+indie
+irma
+kang masanom
+luigi
+mona
+nita
+ochan
+poppi
+penyair kelana
+rieka +steyla
+smara
+yuhyi
+yunus

uncle 2B

by wdcreezz.com

Name

Email/URL

Message


code
here


Designer
LX