Friday, August 14, 2009
Pernahkah kita berjalan seperti sedang dipapah tongkat? Melangkah bukan sekedar sulit. Melangkah seperti sebuah wujud lupa yang baru.
Kalau boleh saya katakan, maka ada saat-saat dimana saya pernah seperti itu. Terutama dengan remah-remah jiwa yang tak beraturan, yang selalu saja ingin menjadi yang terutama. Penjaga jiwa saya terkadang lelah, terkadang melepas saja semua remah-remah itu untuk berkelahi mati-matian sampai akhirnya sama-sama bisa dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Imbasnya adalah bahwa saya kemudian lupa pada banyak hal, termasuk keinginan-keinginan. Beberapa keinginan bahkan lepas karena lemahnya saya mengatasi perdebatan-perdebatan itu.
Salah satu hal yang lantas bisa mengangkat kembali semangat penjaga jiwa itu adalah kucuran rohani. Menyatakan bahwa kita bukanlah pemilik sejati dunia. Bahwa kita hanyalah pion-pion dalam salah satu papan catur alam bernama dunia. Pion yang bisa saja mati konyol setiap saat, tapi juga pion yang bisa menurunkan raja dari tahtanya.
Kucuran rohani itu adalah mengingat adanya Tuhan. Tuhan yang sebenarnya selalu ada di jarak yang sangat dekat dengan saya. Bukan di atas atau di belahan dunia manapun, melainkan ada di dalam diri saya sendiri.
dhank Ari at 9:50 PM