Tuesday, August 15, 2006
Teror KopajaDalam pengertian yang sederhana, aku mengartikan teror sebagai perbuatan yang merusak atau menakut-nakuti orang. Tak perlu aku membawa definisi ini jauh ke Inggris sana, atau kembali pada tragedi WTC September 2001. Atau, tak perlu juga mengingat lagi Bom Bali Oktober 2002. Aku cukup mendapatinya tadi pagi, saat berangkat menuju kantor.
Pagi ini, kembali istriku menawarkan diri untuk ambil kendali dibalik kemudi Galant, atau
Galancy, seperti yang biasa kami dengungkan kala memanggil mobil kesayangan kami ini. Lagi-lagi, istriku sial. Dia harus merengut dibalik kemudi karena macet yang luar biasa memuakkan. Aku sempat menawarinya bertukar tempat, tapi dia hanya tersenyum, dan memilih untuk memanjakanku di kursi penumpang (dimana aku bisa saja tidur jika mau, namun aku memilih untuk menemaninya menembus kemacetan).
Di tengah-tengah waktu inilah aku menemukan teror.
Teror Kopaja dan Metromini. Bagaimana tidak? Deru gas yang digenjot seringkali membuat gentar pengendara motor dan mobil yang berada di dekatnya. Salah-salah jalan, bisa jadi mobil atau motor kita tergores. Atau, kita menjadi ragu-ragu untuk menginjak pedal gas. Tak tahu hendak kemana perginya metromini atau kopaja ini dengan derunya.
Sungguh sebuah teror. Dan sayangnya tak ada polisi yang bisa menghentikan teror itu. Aku hanya bisa memaki kencang atau menekan klakson berulang-ulang meski aku yakin mereka tidak ambil peduli.
dhank Ari at 3:11 AM