Sunday, August 27, 2006
50 RupiahLewat SuperindoPerut ternyata masih lapar. Masih menagih bagian yang memang adalah haknya. Aku seringnya tak bisa menolak, hingga wajar jika tubuh semakin tambun, terutama di bagian perut. Seperti Om-om yang banyak uang. Yang kurang olahraga.
Sampai di Mampang, aku mampir di Superindo; sejenis supermarket. Editing bukanlah pekerjaan mudah. Bisa jadi, aku tak sanggup berpikir jika perut tak bisa diajak kompromi.
Satu bungkus sosis ‘langsung makan’ dan dua buah roti. Terpatok harga 10.950 perak seluruhnya.
___Mas, uang 50 rupiahnya mau disumbangkan, gak?___
Tiba-tiba perempuan itu melemparkan pertanyaan.
Tadinya aku kira dia meminta uang pas.
___Gimana, mbak?___
___Kembalian yang 50 rupiahnya mau disumbangkan, gak Mas?___
___Oh, ya. Boleh!___
Spontan.
Dibutuhkan hampir 10 detik untuk sebuah pertanyaan dariku.
___Disumbangkan kemana, ya mbak?___
___Ke sekolah, Mas. Buat bayar uang anak-anak yang tidak mampu.___
Apa benar?, dalam hatiku.
Tapi tak kuucapkan pada perempuan itu karena mukanya berbinar saat mengatakan itu. Itu pula yang menenangkanku. Semoga saja, ini bukan pembodohan yang dilakukan oleh sang pelaku bisnis; sang eksekutor kapitalisasi. Pembodohan terhadap konsumen dan pembodohan terhadap karyawan.
Semoga juga bukan kebohongan untuk anak-anak sekolah yang memang membutuhkan biaya itu.
Amin.
dhank Ari at 8:34 PM